Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani
yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt
yang bersifat abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau
total bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh kemampuan
mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refles-refleks egoistis. Sedangkan,
binatang, tidak mengetahui apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun barangkali
memiliki kepekaan tentang yang sakral.
Manusia perlu mengenali hakekat
dirinya, agar akal yang digunakannya untuk menguasai alam dan jagad raya yang
maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke-Maha Pekasaan
Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami
ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya, manusia menjadi mampu
memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan patuh dan taat pada
perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah. Berikut adalah
hakekat manusia menurut pandangan Islam:
1. Manusia adalah Makhluk
Ciptaan Allah SWT.
Hakekat pertama ini berlaku
umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat baru, sebagai ciptaan
Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan alam nyata
yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah
SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj
ayat 5 :
فانا خلقناكم من تراب ثم
من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم
“Sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal
darah, menjadi segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak berbentuk,
untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
Firman tersebut
menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya manusia
pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya
diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia
berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang
ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di
dalam rahim.
Hakikat pertama ini
berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai ciptaan Allah diluar
alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit
sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat
ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
2. Kemandirian dan
Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).
Kemanunggalan tubuh dan jiwa
yang diciptakan Allah SWT , merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang
lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing. Jati
diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan. Setiap
individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali jati dirinya
sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang
lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189:
هو الذي خلقكم من نفس
واحدة
“Dialah
yang menciptakanmu dari satu diri”
Firman tersebut jelas
menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam merealisasikan dirinya
melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia yang mampu
mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di dalam sabda
Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan sosialitas yang
diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
“Seorang dari kamu
tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri” (Diriwayatkan
oleh Bukhari)
“Senyummu kepada
kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas)
hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu saling
menempatkan sebagai subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi
yang efektif, sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain
itu manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan
berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama
Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu
dengan yang lain.
3. Manusia Merupakan
Makhluk yang Terbatas.
Manusia memiliki
kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai satu diri
(individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri
dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu
merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan
Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang
lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi
sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan
setiap anak cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam
fitrah beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut:
واذ اخذ ربك من بني ادم
من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا
“Dan ingat lah ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab,
“Betul Engkau Tuhan kami dan kami bersaksi.”
Kesaksian tersebut
merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi manusia sebagai individu bahwa
didalam kehidupannya tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan
menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas menyembah sesuatu
selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik dan kufur hanya akan
mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan dimurkaiNya.
Sekian Postingan dari Saya kali ini, kalo ada salah" dalam tulisannya..Harap di maklumi guys.. :D